Jumat, 03 Juli 2009

Pemurtadan Muslimah



Pemurtadan Muslimah, BILA JALAN HALUS KURANG JITU
Oleh : Fakta 24 Mar, 04 - 7:30 am

Ramai muslimah telah jadi korban pemurtadan. Ada yang melalui gerakan goda dan zina, penipuan, ancaman pembunuhan, hingga sihir. Waspadalah!
Tak ramai orang kenal dengan Haji Kacep. Hanya orang-orang yang tinggal di selatan Pasar Tambun yang mengenal beliau. Mungkin sebab itu, kes kematian ustaz ini luput dari pemberitaan media massa.

Kejadiannya berlaku lebih kurang setahun yang lalu. Berawal dari pertemuan puterinya dengan seorang pemuda. Pertemuan itu berlanjut. Kian hari kian akrab. Gadis muslimah itu kian sering dijumpai berduaan dengan sang pemuda.

Sang ayah, H. Kacep, suatu waktu memanggil keduanya. Ustaz itu bagaimana pun tahu bahwa berpacaran adalah sesuatu yang dilarang dalam Islam. �Wa la taqrabuu zina,� demikian peringatan Allah SWT dalam al-Qur�an. Karena hubungan antara puterinya dengan sang pemuda sudah terlihat begitu erat dan berjalan sudah relatif lama, maka sebagai seorang ayah yang bertanggungjawab, H. Kacep berniat untuk meresmikan hubungan kedua insan itu kedalam jenjang pernikahan.

Secara bijak H. Kacep mengutarakan keinginannya pada sang pemuda. Puterinya menyimak baik-baik apa yang dikatakan ayahnya itu. Hatinya berbunga-bunga. Yakin bahwa sang pemuda pujaan tidak akan keberatan dengan maksud ayahnya. Setelah mendengar penuturan H. Kacep, sang pemuda dengan mudah menjawab, �Ya, saya mahu saja menikahi anak bapak. Asalkan pernikahannya dilakukan di gereja!�

Bagai disamber petir di siang hari. Bapak dan anak puterinya terkaget-kaget dibuatnya. Sama sekali tidak pernah terlintas di pikirannya bahwa pemuda yang selama ini dekat dengannya ternyata seorang non-Muslim. Padahal dulunya ia pernah sebutkan bahwa dirinya juga Islam. Dari hari ke hari gadis muslimah tersebut mengurung diri di kamarnya. Hingga suatu hari sosok remaja tersebut ditemukan terbujur kaku dengan mulut berbusa. Setin racun serangga ditemukan tergolek di sampingnya. Besar kemungkinan, sesuatu yang berharga telah dipersembahkan gadis tersebut pada sang pemuda hingga ia memilih mati ketimbang menanggung malu.

Kematian puteri tercintanya membuat H. Kacep menangung kesedihan yang amat sangat. Belum lagi cerita-cerita jirannya yang kerap terdengar tidak sedap. Akhirnya H. Kacep jatuh sakit. Dua bulan kemudian, sang ayah menyusul puteri tercintanya ke alam baka. Sekolah Pondok yang dikelolanya pun bubar...

Di daerah Kranji beberapa tahun lalu juga terjadi kasus yang hampir serupa. Seorang Muslimah berteman akrab dengan seorang pemuda. Dari pertemanan tersebut, si gadis pun hamil. Sang ayah yang tahu sedikit banyak tentang Islam pun marah besar. Segera dipanggilnya sang pemuda untuk dimintai pertanggungjawabannya. Juga dengan mudah si pemuda menjawab, �Saya mau nikah dengan anak bapak, asal dilakukan di gereja!�

Ayah beranak itu kaget mendengarnya. Sama sekali mereka tak menyangka siapa gerangan pemuda itu. Tapi sikap dan pendirian sang ayah cukup tegas: ketimbang anaknya murtad, lebih baik menolak mentah-mentah syarat sang pemuda Kristian tersebut. Janin yang dikandung anaknya dibiarkan lahir tanpa ayah. �Kini anaknya dirawat oleh orangtua si gadis,� ujar Drs. Abu Deedat Syihabuddin, MH, Setiausaha FAKTA (Forum Antisipasi Kegiatan Pemurtadan) Jakarta.

Di daerah timur Jakarta, sekitar dua tahun lalu, seorang Muslimah cantik asal Sukabumi menjadi korban pemurtadan hingga diperdaya menikah di gereja. Yanti, sebut saja demikian, adalah salah satu korban tipu daya seorang pemuda Ambon-Kristian (Obet) lewat sihir, bahkan pernah diancam akan dibunuh jika tidak mau masuk Kristian.

Setelah kabur dari cengkeraman Obet itu, ia kini berjuang hidup sendiri bersama bayi sembilan bulan hasil pernikahannya. �Saya takut bayi ini juga dikristiankan,� tutur Yanti pada SABILI.

Yanti yang kini baru berusia 22 tahun juga berpesan, �Tolong carikan saya suami yang bisa menerima keadaan saya apa adanya. Saya tidak milih-milih, apa itu bujang, duda, atau pun harus menjadi isteri kedua. Yang penting bisa mendidik saya mendalami Islam, bertanggungjawab, sayang pada saya dan juga pada anak saya.�

Dua tahun yang lalu juga, tepatnya di salah satu pusat Jakarta, anak perempuan seorang Ketua Masjid dinikahkan di gereja. �Anak saya itu sudah menelopon ke sini, katanya dia sudah tidak tahan lagi bersama suaminya itu. Namun entah kenapa, dia juga bilang belum bisa pulang, � tutur ayahnya saat ditemui SABILI di kediamannya. Di Pekayon, anak seorang Batak-Muslim yang giat melawan usaha-usaha pemurtadan di kampungnya, malah hilang diculik aktivis Kristian. �Hingga sekarang anaknya belum kembali,� ujar Abu Deedat.

Masih di Jakarta, di awal tahun 1990-an, seorang setiausaha pengurus pemasaran juga mengalami kasus yang nyaris mirip. Fatma, sebut saja demikian, gadis cantik kelahiran tahun 1968 ini secara gencar didekati seorang Menado-Kristian. Jim, nama samaran lelaki itu, pura-pura masuk Islam dan menikahi Fatma secara Islam. Setelah itu, mulailah Jim memasang perangkapnya dan memaksa Fatma agar mau ke gereja.

Namun Fatma tak kalah cerdik. Di saat Jim tak ada di rumah, Fatma membongkar fail-fail Jim. Ia ingin tahu siapa sebenarnya suaminya itu. Selembar kertas ijazah bertuliskan Sekolah Tinggi Theologi Nehemia Jakarta dengan nama Jim di bawahnya membuatnya kaget. Rupanya Jim seorang Sarjana

1 komentar: