Kamis, 25 Juni 2009



Ketika Cinta Bicara
DI PARIS VAN JAVA
(Kolaborasi Kisah nyata dengan KCB)

Kota Bandung sore itu tampak begitu mempesona. Cahaya mataharinya yang kuning keemasan seolah menyapuh atap-atap rumah, gedung-gedung, menara-menara, dan kendaraan-kendaraan yang lalu lalang di jalan. Dibeberapa tempat, di sepanjang taman kota, sepasang muda mudi tampak bercengkerama mesra. Di antara mereka masih ada yang membawa buku-buku tebal di tangan. Menandakan mereka baru saja dari kampus dan belum sempat pulang ke rumah atau kos-kosan. Suasana senja di taman rupanya lebih menarik bagi mereka dari pada suasana senja di rumah. Bercengkerama dengan pujaan hati rupanya lebih mereka pilih dari pada bercengkerama dengan keluarga; ayah, ibu, adik dan kakak di rumah atau teman-teman kosan. Di mana-mana muda-mudi yang sedang jatuh cinta sama. Senja menjadi waktu istimewa bagi mereka. Waktu untuk bertemu, saling memandang, duduk berdampingan dan bercerita yang indah-indah. Saat itu yang ada dalam hati dan pikiran mereka adalah pesona sang kekasih yang dicinta. Tak terlintas sedikit pun bahwa senja yang indah yang mereka lalui itu akan menjadi saksi sejarah bagi mereka kelak. Ya, kelak ketika masa muda mereka harus dipertanggungjawabkan di hadapan Sang Pencipta Cinta. Dan jatuh cinta mereka pun harus dipertanggung jawabkan kepada-Nya: Di hadapan pengadilan Dzat Yang Maha Adil, yang tidak ada sedikit pun kezaliman dan ketidakadilan di sana. Di matanya, Kota Kembang sore itu tampak begitu indah. Ia memandang ke arah taman. Yang penuh dengan keindahan bunga dan pohon. Hembusan angin menampakkan keriangan yang sangat menawan, melengkapi keindahan taman. Semilir angin mengalirkan kesejukan. Suara desaunya benar-benar terasa seumpama desau suara zikir alam yang menciptakan suasana tenteram. Dari jendela kamarnya yang terletak di lantai satu Asrama Siliwangi I, ia menyaksikan sihir itu. Di matanya, Kembang sore itu telah membuatnya seolah tak lagi berada di dunia. Namun di sebuah alam yang hanya dipenuhi keindahan dan kedamaian saja. Sesungguhnya bukan semata-mata cuaca dan suasana menjelang musim semi yang membuat Kembang senja itu begitu memesona. Bukan semata-mata sihir matahari senja yang membuat Kembang begitu menakjubkan. Bukan semata-mata pasir putihnya yang bersih yang membuat Kembang begitu menawan. Akan tetapi, lebih dari itu yang membuat segala yang dipandangnya tampak menakjubkan adalah karena musim semi sedang bertandang di hatinya. Matahari kebahagiaan sedang bersinar terang di sana. Bunga bunga kesturi sedang menebar wanginya. Tembang tembang cinta mengaun di dalam hatinya, memperdengarkan irama terindahnya. Dan penyebab itu semua, tak lain dan tak bukan adalah seorang gadis cantik, yang di matanya memiliki kecantikan bunga mawar putih yang sedang merekah. Gadis yang di matanya seumpama permata Bidadari yang paling indah. Gadis itu adalah kilau matahari di musim semi. Sosok yang mengagungkan, penuh keindahan tanpa basa-basi yang tersembunyi didalam kerudung indannya. Gadis yang pesonanya dikagumi banyak orang. Dikagumi tidak hanya karena kecantikan fisiknya, tapi juga karena kebaikan dan charisma yang terpancar dari wajah manisnya. Sungguh indah ciptaan yang satu ini, Lebih dari itu, gadis itu adalah putri Berdarah Batak-Ambon yang merupakan suatu kebanggan dikomunitasnya. Dialah Tian S. Hampir genap Dua tahun gadis itu tinggal di Bandung. Keberadaannya di kota kembang itu untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Padjadjaran (UNPAD). Sejak itulah Tian menjadi bintang yang bersinar di langit cakrawala Bandung, terutama di kalangan Komunitasnya diBandung. Wajahnya yang tak kalah pesonanya dengan diva pop dari kalangan artis, namun keberadaannya di Kembang kali ini ia rasakan begitu istimewa. Ia tidak bisa mengingkari dirinya adalah manusia biasa, bukan malaikat, Ia tak bisa menafikan dirinya adalah pemuda biasa yang bisa berbunga-bunga karena merasa dekat dan dianggap penting oleh seorang gadis cantik dan terhormat seperti Tian. Gadis yang membuat matahari kebahagiaan sedang bersinar terang di hatinya. Awalnya adalah Pada suatu pertemuan tak terduga dimana pemuda yang sama–sama sedang melanjutkan pendidikan dikota kembang namun beda kampus itu berkenalan dengan tak sengaja, berawal dari anak-anak siliwangi 1 menawarkan untuk menghubungi no sigadis yang katanya orangnya cantik dan berdarah Batak, semula sipemuda ragu dan menolak untuk menghubungi (kuasa Allah berpihak pada sipemuda untuk menghubungi tanpa ragu). Akhirnya ia luluh dan bersedia. Sejak itulah hatinya berbunga-bunga. Sebab saat itu kota kembang begitu indah bagi sipemuda yang begitu berarti. Hatinya tersanjung luar biasa. Bagaimana tidak, gadis jelita itu seolah begitu menghormatinya. Ia dipanggil dengan panggilan "Bang", bukan langsung memanggil namanya, atau dengan kata ganti "kamu" atau "Anda". Orang-orang memang biasa memanggilnya "Akbar", karena namanya Muhammad Akbar. Entah kenapa, mendengar pujian dari Tian itu, ia merasakan kebahagiaan dengan nuansa yang sangat lain. Kebahagiaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Ia tersenyum sendiri. Kedua matanya memandang ke arah taman. Dua orang muda-mudi sunda berjalan mesra menyusuri Taman Bandung yang berada tepat di depan TELKOM. Ia tersenyum sendiri. Entah kenapa tiba-tiba berkelebat pikiran, andai yang berjalan itu adalah dirinya dan Tian. Alangkah indahnya. Astaghfirullal! la beristighfar. Ia merasa apa yang berkelebat dalam pikirannya itu sudah tidak dianggap benar. Ia mengalihkan pandangannya jauh ke tengah keramaian. Sejak dulu Bandung memang terkenal sebagai kota Model dengan sebutan Paris Van Java yang penting di kawasan Jawa Barat." Ia terus memandang ke samping Taman. Sebuah Monumen Pancasila itu menjadi saksi sejarah atas terjadinya peristiwa peristiwa besar yang menggetarkan Jawa Barat. Perang besar yang berkobar karena memperebutkan Kemerdekaan dari penjajah Belanda. Tempat bersejarah yang diabadikan dalam sebuah patung monument pancasila, konon, juga terjadi di beberapa daerah diJawa barat. "Kota yang indah, penuh nilai sejarah," lirihnya pada dirinya sendiri. "Akankah aku juga akan mencatatkan sejarahku di Kota ini?" Ia berkata begitu karena nanti siang ada jadwal pertemuan dengan sigadis dibandung (26 Januari 2008). Matahari terus berjala mendekati peraduannya. Sinar-nya yang kuning keemasan kini mulai bersulam kemerahan. Terasa damai dan indah. Menyaksikan fenomena alam yang dahsyat itu Akbar bertasbih, "Subhanallah. Maha Suci Allah yang telah menciptakan alam seindah ini." Ya, alam bertasbih dengan keindahannya. Alam bertasbih dengan keteraturannya. Alam bertasbih dengan pesonanya. Segala keindahan, keteraturan dan pesona alam bertasbih, menjelaskan keagungan Sang Penciptanya. Bertasbih, menyucikan Tuhan dari sifat kurang. Keindahan senja sore itu menjelaskan kepada siapa saja yang menyaksikannya bahwa Tuhan yang menciptakan senja yang luar biasa indah adalah Tuhan Yang Maha Kuasa, Yang Maha Sempurna ilmuNya. Siang malam, senja, dan pagi bertasbih. Matahari, udara. laut, ombak dan pasir bertasbih. Semua benda yang ada di alam semesta ini bertasbih, menyucikan asma Allah Semua telah tahu bagaimana cara melakukan shalat dan tasbihnya. Dengan sinarnya, matahari bertasbih di peredarannya. Dengan hembusannya udara bertasbih di alirannya. Dengan gelombangnya ombak bertasbih di jalannya. Semua telah tahu bagaimana cara menunjukan tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Kuasa. Keteraturan alam semesta, langit yang membentang tanpa tiang, pergantian siang dan malam, lautan luas membentang, gunung gunung yang menjulang, awan yang membawa air hujan, air yang menumbuhkan tanam-tanaman, proses penciptaan manusia sembilan bulan di rahim, binatang-binatang yang menjaga ekosistem dan keteraturar-keteraturan lainnya, itu semua menuniukkan bahwa ada Dzat Yang Maha Kuasa dan Maha Sempurna. Dzat yang kekuasaan-Nya tidak ada batasnya. Dzat yang menciptakan itu semua. Dan Dzat itu adalah Tuhan Penguasa alam semesta. Dan jelas Tuhan itu hanya boleh satu adanya. Tak mungkin dua, tiga dan seterusnya. Tak mungkin. Sebab, jika Tuhan itu lebih dari satu pastilah terjadi kerusakan di alam semesta ini. Sebab masing-masing akan merasa paling berkuasa. Masing-masing akan memaksakan keinginanNya. Mereka akan berkelahi. Misalnya satu menghendaki matahari terbit dari timur, sementara yang satu menghendaki matahari terbit dari barat. Terjadilah perseteruan. Dan rusaklah alam. Ternyata matahari terbit dari timur dan tenggelam di barat, dengan sangat teraturnya. Matahari tak pernah terlambat terbit. Matahari juga tak pernah bermain main, belari-lari ke sana kemari di langit seperti anak kecil bermain bola atau petak umpet. Ia beredar di jalan yang ditetapkan Tuhan untuknya. Dan selalu tenggelam di ufuk barat tepat pada waktunya. Keteraturan ini menunjukkan, Tuhan Yang Menciptakan alam semesta ini adalah satu. Yaitu ‘Allah Wa Jalla Tuhan Yang Maha Kuasa. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, yang tak terbatas kekuasaan-Nya itu memang tak mungkin berjumlah lebih dari satu. Sebab seandainya Tuhan lebih dari satu, lalu mereka sepakat menciptakan matahari, misalnya. Maka ada dua kemungkinan di sana. Pertama, Tuhan yang satu menciptakan,sementara Tuhan yang lain berpangku tangan. Tidak berbuat apa-apa. Dengan begitu, bisa berarti bahwa Tuhan yang tidak berbuat apa apa itu tidaklah Tuhan yang berkuasa.Sia-sia saja ia jadi Tuhan. Sebab, pada saat matahari diciptakania tidak berperan menciptakannya. Ia menganggur. Sama seperti makhluk yang menganggur. Jadi ia bukan Tuhan dan tidak bisa disebutTuhan. Atau kemungkinan kedua, Tuhan-tuhan itu bekerja sama menciptakan matahari. Matahari diciptakan dengan keroyokan. Jika demikian, jelas jelas mereka bukanlah Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab mereka lemah. Bagaimana tidak. Untuk menciptakan matahari saja mereka harus bekerja sama. Tidak bisa menciptakan sendiri. Kekuasaan-Nya tidak mutlak. Yang terbatas kekuasaanya berarti lemah dan tidak layak disebut sebagai Tuhan. Jika Tuhan itu lebih dari satu, bisa saja terjadi pembagian tugas. Ada yang bertugas mencipta matahari, ada yang bertugas mencipta bumi, ada yang bertugas mencipta langit dan seterusnya. Jika demikian, mereka bukan Tuhan Yang Maha Kuasa. Sebab pembagian tugas itu menunjukkan kelemahan, menunjukkan ketidak-mahakuasaan. Tuhan yang sesungguhnya adalah Tuhan Yang menciptakan dan menguasai seru sekalian alam. Tuhan yang menciptakan alam semesta ini dengan kekuasaan-Nya yang sempurna. Tuhan yang ilmu-Nya meliputi segala sesuatu. Dan yang memiliki sifat maha sempurna seperti itu hanya ada satu, yaitu Allah Swt. Dialah Tuhan yang sesungguhnya. Sebab tidak ada yang memproklamirkan diri sebagai pencipta alam semesta ini kecuali hanya Allah Swt. "Seandainya pada keduanya (di langit dan di bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa. Maha suci Allah yang memiliki ‘Arsy dari apa yang mereka sifatkan” Pemuda bemama Akbar itu masih menatap ke arah taman. Ia jadi ingat sabda Nabi, ''Sessungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan." "Subhanallah!" Kembali ia bertasbih dalam hati. Ia terus menikmati detik-detik pergantian siang dan sore yang indah itu.. Subhanallah. Siapakah yang mengatur ini semua? Seketika azan berkumandang menjawab pertanyaan itu dengan suara lantang: Allaahu Akbar! Allaahu Akbar! Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Sungguh Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.". walau dia mengetahui shalat wajib bagi umat islam, tapi Akbar g juga bergegas untuk shalat di masjid yang jaraknya tak jauh dari taman. Akbar emang beragama islam tau akan keagungan Allah akan tetapi hatinya masih enggan untuk melakukan segala perintahnya, akbar sangat menggungi akan ciptaanNYA tapi sayang dia sangat jarang shalat. Kehidupan Akbar sehari hari jauh dari yang Allah perintahkan, shalatpun ia jarang, Baca Al_quran pun ga bisa. Tiba-tiba hpnya berdering. Ia terdiam sesaat, Ia menatap hp yang sedang berdering itu Jauntungnya tiba berdetak kencang, napasnya terengah-engah bagai dikejar satpol PP, ternyata yang menghubungi Tian. Gadis yang sebelomnya Akbar hanya kenal suaranya aja. Akbar bertemu Tian didepan Halte Bus Damri. Melihat Tian wajah Akbar tampak riang."Hei ke mana saja? Aku sudah mencari Bang Akbar kemana-mana?! Ayo kita bicara di taman saja!"Tian ngerocos tanpa memberi kesempatan menjawab. Gadis berpostur tubuh indah itu dibalut baju Agamis warna merah muda dan Rok Hitam. Balutan khas gadis-gadis Arab berbusan muslim itu membuatnya tampak cantik, anggun, dan luar biasa bak bidadari yang turun dari kayangan. Parfumnya khas menebarkan aroma bunga-bungaan segar dan sedikit aroma apel. Wajahnya yang putih dengan mata yang bulat jernih memancarkan pesona yang mampu menghangatkan aliran darah setiap pemuda yang menatapnya dihiasi bintik hitam diantara matanya. Akbar masih berdiri di tempatnya. Entah kenapa begitu ia mencium parfum yang dipakai Gadis Karo itu ia merasakan nafasnya sedikit sesak, jantungnya berdegup lebih kencang, dan ada sesuatu yang tiba-tiba datang begitu saja mengaliri tubuhnya. "Lho kok diam saja, ayo Bang, kita ngobrol ditaman! Tian kembali mengajak Akbar duduk ditaman. Akbar tergagap. Ia mengangguk. Dan mau tidak mau Akbar mengikutinya. "bang sudah shalat?" tanya Tian pelan samjbil jalan menuju taman. Suaranya begitu indah didengar, Ia mencoba menguasai dirinya, yang sesaat sempat oleng. Dia berusaha untuk tidak menjawab, sebab Akbar emang belom shalat, sekali lagi Tian bertanya, abang dah shalat blom?. Dengan berat hati Akbar menjawab belom “Dek”, hal itu karena rasa hormatnya pada gadis itu, dia ga berani berbohong hanya untuk menarik simpati sigadis, lebih baik tidak sama sekali kalau harus mengorbankan prinsip Akbar. Akbar memang memiliki prinsip yang kuat dari dulu, walau dia emang jarang shalat, jauh dari apa yang harus pemuda/I islam lakukan tapi dia memegang prinsip jangan sampai seseorang simpatik karena hal-hal yang tidak pernah iya lakukan dalam artian pura-pura baik, taat allah, dll. Banyak remaja-remaja sekarang berbohong hanya untuk menarik simpatinya. Tidak buat Akbar. Dengan penuh charisma Tian lalu menyuruh Akbar shalat dulu kemasjid yang tak jauh dari taman, suaranya lembut mengaing-aing dikuping Akbar, dia tak kuasa menolak, untuk berkata tidak mulutnya bagai dikunci, Akbar berjalan menuju mesjid seperti ada yang menuntun untuk melangkah, Apakah ini HIDAYAH yang Allah berikan pada saya, Gumanku dalam hati. (Tak sulit bagi Allah memberikan hidayah bagi siapa saja yang DIA mau, Sungguh muliaNya).
Sehabis shalat Akbar lalu berdoa, ya Allah permudahlah saya untuk bertobat. Lalu dia bergegas menuju Taman. Sesampai ditaman mereka lalu duduk ditempat duduk yang disediakan ditaman.. Terimakasih Taman gumannya dalam hati dia menghirup nafas. Detak jantungnya sudah normal. Ia sudah menguasai dirinya sepenuhnya. Dengan penuh senyuman ia berkata, "Sudah makan Bang, Tian buka pembicaraan dengan penuh perhatian. Akbar terpesona ketika dengan wajah penuh bahagia, kenapa tidak dia berhadapan dengan gadis bak bidadari turun dari surga. sudah sudah dek tadi sebelum berangkat kebandung. Akbar memang satu Universitas dengan Tian akan tetapi beda daerah letak kampusnya, Tian kuliahnya diUnpad kota sedang Akbar kuliahnya dijatinangor. Sudah hampir pukul 17.00 Wib, waktu begitu cepat bagi Akbar untuk menghakhiri pertemuan dengan sigadis, yang diam-diam dikaguminya. Walau pertama kali bertemu tapi Akbar begitu senang dengan pertemuan dikota bandung itu, bunga ditaman jadi saksi pertemuan dua insane ciptaan allah yang maha agung. Tian yang pernah berkecumpung didunia DKM dan BPM dikampusnya agaknya langsung menyadari waktu hamper menjelang magrib, dan langsung menyudahi pertemuan yang sangat berarti bagi Akbar itu,. Ia buru buru meralat ucapannya dan meminta maaf.. Dalam hati Akbar menambah, Seandainya saya bisa bisa menyunting gadis seperti dirimu dan bisa menjadikannya pelita terang bagi hidupnya, yang menjaga dia dari perbuatan buruk, mendekatkan saya kekebaikan dan buat saya bahagia dunia/akhirat.

Bersambung

2 komentar:

  1. menarik, ditunggu secepatnya lanjutan ceritanya

    BalasHapus
  2. bang...
    LanjutkanLah ceRitanya...
    Q senag baca tuh..
    Karna Q jaraNg membaca atau Dapat Kata"seperti itu...

    Jadi,,Q seoLah"Jadi wanita itu...
    ha...ha...haaa

    BalasHapus